Drug Free Community

Memanusiakan Manusia Indonesia

Narkoba dan Seks Bebas

12 Komentar

Apakah penyalahgunaan narkoba terkait dengan perilaku seks bebas? Apakah nakoba penyebab maraknya seks bebas? Ataukah seks bebas  yang menyebabkan meningkatnya penyalahgunaan narkoba?

Penulis bukan pecandu, maka semua tulisan berkaitan dengan narkoba dan seks bebas ini adalah hasil kajian kasus dengan penyalahguna narkoba dan pelaku seks bebas. Metode  kajian adalah melalui metode observasi, FGD (focus Group Discussion), dan wawancara mendalam (depth interview). Kajian ini dilakukan saat masih sebagai mahasiswa dan saat sebagai aktifis anti narkoba.

Extacy dan Seks Bebas

Dulu, di pertengahan tahun 1990 anak muda Kota Surabaya memiliki tempat kumpul (tongkrongan) di Balai Kota dan Balai Pemuda, yang lokasi keduanya hanya berjarak kurang dari 1 (satu) km. Mereka sering berkumpul di dua tempat tersebut ramainya pada tiap Sabtu malam hingga dini hari hingga saat itu ada istilah “anak hilang” untuk memberikan julukan pada remaja yang nongkrong di kedua tempat itu. Saat itu untuk keperluan tugas kuliah perilaku seks, penulis melakukan observasi di kedua tempat tersebut terutama yang di daerah Balai Kota.

Temuan data saat itu adalah bahwa banyak remaja putri bersedia melakukan kegiatan seks bebas tanpa dibayar artinya mereka melakukan kegiatan seks bebas suka sama suka. Imbalan yang mereka peroleh adalah kesenangan untuk makan-makan di plasa (saat itu di Surabaya masih ada dua plasa), hiburan di diskotik, dan atau nonton balapan sepeda (drug race) di Pantai Kenjeran. Saat tahun tersebut di atas ada diskotik yang cukup terkenal di kalangan remaja dan lokasinya pun dekat di antara kedua tempat tersebut, yaitu Studio East disingkat SE. Sehubungan riset pada saat itu hanya sebatas perilaku seks semata maka tidak ada niatan untuk kajian lebih jauh.

Pada tahun 2001, saat penulis mulai aktif di organisasi anti narkoba ternyata ada benang merah antara alasan mereka bersedia melakukan seks bebas tanpa dibayar dengan kemungkinan penyalahgunaan narkoba di kalangan mereka. Diskotik merupakan tempat peredaran dan penyalahgunaan ekstacy (salah satu jenis narkoba), siapapun tidak dapat memungkiri itu. Pantai Kenjeran sendiri selain dulu dikenal sebagai tempat balapan liar, disana juga banyak motel atau hotel esek-esek.

Dampak kerja extacy dalam tubuh kita adalah memacu detak nadi lebih cepat dari normal, bila normal detak nadi antara 60-80 detak permenit, sedangkan setelah mengkonsumsi extacy detak nadi bisa sampai lebih dari 120 detak permenit bahkan lebih, artinya dua kali kerja normal. Detak nadi yang terpacu lebih cepat mengakibatkan badan tidak bisa diam tetapi terus bergerak, yang istilah di kalangan mereka adalah tripping. Perumpamaan sederhana adalah bila kita melakukan aktifitas lari cepat maka detak nadi kita pun akan berpacu lebih cepat, saat kita berhenti otomatis kita tidak bisa langsung diam/tenang tetapi terus bergerak sampai detak itu pelan-pelan menurun. Efek extacy sendiri saat ON cukup lama bisa lebih dari satu jam tergantung jumlah dan kualitas extacynya sendiri. Dengan detak yang terpacu lebih cepat dan lama inilah untuk mengimbanginya maka mereka harus berada di lingkungan house music (diskotik) yang iramanya pun sebenarnya telah dikondisikan sesuai keseimbangan detak tersebut. Saat DROP, dimana efek extacy telah berkurang di detak nadi, efek berikutnya adalah menstimulan/merangsang libido seks. Saat kondisi seperti ini maka siapapun tidak merasa perlu untuk menseleksi siapa partner seksnya.

Dari penjelasan di atas bisa dibuat sebuah analisa sederhana mengapa remaja putri yang suka nongkrong di Balai Kota dan Balai Pemuda saat itu bersedia melakukan seks bebas tanpa dibayar tetapi hanya cukup diajak ke diskotik dan pantai Kenjeran. Logikanya adalah mereka menikmati extacy untuk ON/Tripping dan setelahnya mereka memuaskan nafsu seksnya di wisma atau hotel di Kenjeran.

Pernah ada seorang klien untuk konsultasi, selama ini pemenuhan seksual dia dilakukan di tempat prostitusi sampai suatu saat di datang ke diskotik dan ditawari mengkonsumsi extacy oleh dua wanita purel disana, tentunya bisa ditebak akhir cerita adalah dia melakukan kegiatan seks dengan dua purel tersebut. Dalam konsultasinya dia merasa takut kecanduan narkoba tetapi di sisi lain dia menikmati kegiatan seksualnya yang dipengaruhi efek extacy.

Shabu dan Seks Bebas

 

Shabu adalah jenis narkoba yang memiliki efek menstimulan/merangsang Susunan Saraf Pusat (SSP) untuk bekerja. Efek dari kerja shabu ini dia bisa merangsang seseorang untuk mampu bekerja atau bertahan beraktifitas lebih lama dari orang normal, bisa lebih dari dua hari dua malam bahkan lebih. Shabu sebagai jenis obat yang mempengaruhi SSP seseorang maka kerja efek shabu pada tubuh pun sangat tergantung perintah saraf seseorang, artinya efek shabu pada tubuh seseorang sangat tergantung dari tujuan, orientasi, atau suasana hati pemakainya. Biasanya orang mengkonsumsi shabu seringkali dikaitkan dengan tujuan atau orientasi orang itu atas dampak yang diharapkan, misal untuk kemampuan melakukan aktifitas berlebih (lembur kerja) atau juga untuk orientasi kekuatan (lamanya) aktifitas seksual mereka. Bila saat mengkonsumsi narkoba suasana hati sedang bahagia maka bawaannya akan selalu terlihat ceria dan bahagia, begitu pula bila seseorang dalam keadaan sedih maka dia akan terbawa sedih dan menangis tidak jelas selama tubuh masih dalam pengaruh zat tersebut.

Salah satu orientasi seseorang mengkonsumsi narkoba jenis shabu ini adalah untuk mendukung aktifitas seksual mereka. Harapan mereka dengan mengkonsumsi shabu ini adalah memberikan “kekuatan” lebih lama sehingga mampu memuaskan lawan seksnya dan kebutuhan identitas seks mereka sendiri. Efek dari shabu ini pun pada tubuh luar seseorang memberi efek lebih terang dan terkesan lebih bersih, sehingga tidak jarang menjadikan mereka yang mengkonsumsi jenis ini lebih merasa percaya diri. Percaya diri atas penampilan diri memberikan efek identitas seksual mereka yang berbeda, mereka akan merasakan atau menemukan identitas seksual mereka yang baru yaitu lebih percaya diri.

Putaw dan Seks Bebas

Narkoba jenis putaw (Heroin atau opium) ini merupakan narkoba yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi, sehingga bila tanpa putaw mereka akan kesakitan (sakaw).  Pemakaian jenis putaw ini menyebabkan sesorang harus terus menerus mengkonsumsi maka untuk memenuhi kebutuhan mengkonsumsi putaw mereka rela melakukan apapun, seperti mencuri, merampok, dan atau melakukan seks komersil. Seks secara komersil ini dilakukan baik dari pecandu perempuan menjadi pelacur dan pecandu pria menjadi gigolo.

Pada saat mereka mencoba putus obat pun ada efek yang ditimbulkan berkaitan dengan libido seks mereka. Tahapan sakit saat sakaw seperti gunung, awalnya tidak terlalu sakit kemudian sakitnya memuncak pada hari ketiga atau keempat kemudian menurun kembali dan selanjutnya perlahan di hari ketujuh sakitnya mulai hilang, pada saat sakitnya hilang ternyata efek lainnya adalah menimbulkan keinginan berhubungan seksual.

Penutup

Pada sebuah diskusi di kalangan pecandu dengan bahasan tentang hubungan penyalahgunaan narkoba dengan seks bebas, mereka menjawab bahwa bisa dikatakan bahwa hampir semua pecandu narkoba terlibat hubungan seks bebas dan berganti-ganti pasangan. Masing-masing jenis narkoba memiliki efek atau orientasi tentang seks yang berbeda. Selain karena efek dari jenis narkoba itu sendiri, perilaku seks bebas pun menjadi dikomersilkan untuk pemenuhan kebutuhan narkoba bagi kecanduannya.

Siapa yang menjadi penyebab narkoba atau seks bebas, jawabannya seperti telur dan ayam. Siapa yang lebih dulu setiap orang memiliki jawaban tersendiri, yang pasti narkoba dan seks bebas adalah penyebab penularan HIV terbesar. Apapun jawaban atau pilihan anda, narkoba dan seks bebas bukan pilihan yang tepat untuk hidup lebih baik.

Mila M. Djamhari, S.Sos.

(Alumni Antropologi Universitas Airlangga Surabaya dan Leader Drug Free Community)

Penulis: Kawan PELANGI "Memanusiakan Manusia Indonesia"

Kawan PELANGI adalah metamorfosa dari Drug Free Community yang dideklarasikan tanggal 5 Oktober 2007 Memiliki Visi Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

12 thoughts on “Narkoba dan Seks Bebas

  1. PROGRAM BANTUAN
    PENGOBATAN DAN REHABILITASI NARKOBA

    Assalamu`alaikum wr.wb
    Dengan ini kami menyampaikan program bantuan pengobatan narkoba yang bertujuan untuk mengobati pecandu narkoba sembuh secara total serta mendorong fase rehabilitasi mental akibat narkoba.
    Sebagaimana pengobatan dan rehabilitasi narkoba pada umumnya membutuhkan waktu ± 1,5 tahun , maka dengan metode kami pengobatan dan rehabilitasi hanya membutuhkan waktu ± 2 bulan

    Suka

  2. Dear drug free community,
    apakah informasi ini dapat disebar luaskan dalam bentuk penyuluhan misalnya pada lingkungan ibu – ibu PKK.
    thanks ya

    Suka

  3. ,,thanks ea ats info nha…..
    ,,

    Suka

  4. nii sngt bguz utk klangan remaja kta krana sring ngelakuin hal itu

    Suka

  5. Ping-balik: Antara Sexs Bebas dan Narkoba « Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Aceh Barat

  6. Mbak Milla, izin utk dibagikan ya…insyaallah bermanfaat

    Suka

  7. informasinya sangat bermanfaat.

    Suka

  8. makasih informasinya,,,

    sungguh berat tantangan jaman ini bagi generasi muda kita,,,

    terlebih bagi saya seorang muslim…

    Suka

    • terima kasih atas atensinya… mari bersama kita melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan generasi muda dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba…

      Suka

Tinggalkan komentar