Drug Free Community

Memanusiakan Manusia Indonesia


Tinggalkan komentar

Dukung Walikota Surabaya untuk Penutupan Dolly…

Pro Kontra Penutupan Lokalisasi DOLLY terbesar Se-ASia Tenggara pada tanggal 18 Juni oleh Pemerintaj Kota Surabaya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Kementrian Sosial Republik Indonesia, Drug Free Community bersikap MENDUKUNG PENUTUPAN Lokalisasi apapun di Kota Surabaya khususnya dan Indonesia Umumnya..

Alasannya

1. Penularan HIV dan AIDS terus bertambah tanpa terkendali karena pekerja seksual yang positif HIV tidak juga dapat dikontrol

2. Keberadaan lokalisasi sama dengan memberikan peluang perempuan-perempuan dilacurkan

3. Hak Azasi Manusia para pasangan yang setia dan anak-anak yang akan lahir direnggut oleh HIV dan AIDS

4. Lokalisasi bak Akuarium Asusila merusak MORAL generasi muda

5. Keberadaan Lokalisasi signifikan dengan pertumbuhan pemabuk, pecandu, perdagangan manusia, dan kriminalitas lain

6. Kemiskinan bukan alasan untuk menjadi Pelacur dan atau Mucikari

 

Pada tanggal 15 Juni 2014, Drug Free Community akan melakukan aksi dukungan penutupan Lokalisasi bersama Green Nurses Corp dan Komunitas Tunjungan Ikon Surabaya. Acara akan diselenggarakan dalam event rutin Ngamen dari Komunitas Tunjungan Ikon Surabaya, di depan Hotel Majapahit, saat acara Car Free Day hari Minggu….

 

leaflet

 

 


Tinggalkan komentar

Perempuan Dalam Lingkaran Prostitusi dan AIDS

Selamatkan Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS

Selamatkan Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS

HIV dan atau AIDS sebuah kata yang tidak indah untuk didengarkan. Penyalahgunaan narkoba jarum suntik bergantian dan seks bebas berganti-ganti pasangan adalah perilaku-perilaku yang beresiko tinggi penularan HIV. Secara garis besar penularan HIV di Indonesia bisa “disimpul”kan dalam empat dekade. Dekade pertama, penderita HIV banyak ditemukan pada golongan homoseksual. Dekade kedua, penularan HIV banyak ditemukan pada perempuan-perempuan pekerja seks komersil. Dekade ketiga, penderita HIV banyak bermunculan dari para pecandu narkoba jarum suntik. Pada 3 (tiga) dekade ini terinfeksi HIV dianggap sebagai hukuman atas perilaku-perilaku “amoral” yang mereka lakukan. Stigma dan diskriminasi menjadi pelengkap penderitaan bagi mereka yang terinfeksi.

Menjadi hal yang berbeda bahwa perkembangan terakhir yaitu dekade keempat, penderita HIV sudah sangat banyak ditemukan pada perempuan-perempuan tidak berdosa, yaitu istri-istri yang setia pada pasangannya. Setelah menular pada para istri, HIV pun menyerang bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita HIV. Bila dalam tiga dekade awal kita merasa tidak terpanggil untuk membantu mereka yang terinfeksi karena akibat dari perilaku-perilaku mereka yang kita anggap perilaku di luar norma sosial kita, tetapi kita tidak bisa menutup mata dan hati kita saat  yang terinfeksi adalah perempuan-perempuan dan anak-anak tidak berdosa.

Berikut ini adalah kisah-kisah tentang penderita HIV dan AIDS yang pernah saya dengar dan atau mengetahui langsung. Terbagi atas tiga tulisan…

1. Perempuan yang dilacurkan oleh kebijakan

2. Perempuan yang dilacurkan dan melacurkan diri

3. Perempuan-perempuan tak berdosa yang terinfeksi dan termarginalkan
 

Mila Machmudah