Mila Machmudah Djamhari, S.Sos.
PNPM dalam implementasi di lapangan menjadikan keterlibatan perempuan dalam proses/siklus pemberdayaannya sebagai indikator pencapaian. Secara kuantitas, ada standar minimal capaian lapang bahwa keterlibatan masyarakat perempuan dalam proses pelaksanaan lapang minimal 30%. Secara kualitas, masyarakat perempuan juga didorong untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penyusunan Perencanaan Jangka Menengah (PJM) di tingkat kelurahan/desa mereka. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai lembaga aspiratif, representatif, dan akuntabel, yang dibangun guna mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat, ”mengharuskan” minimal 30% anggotanya adalah perempuan. Anggota BKM periode PNPM Tahun 2007 sudah banyak diisi kaum perempuan.
Perempuan dalam partisipasi pembangunan di masyarakat sebenarnya tidak bisa dipungkiri. Keberadaan lembaga PKK dan kader posyandu sangat mendukung peningkatan kualitas keluarga masyarakat Indonesia. Keterlibatan peran perempuan dalam PKK dan Posyandu adalah representasi peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Peranan perempuan dalam BKM lebih luas, karena sangat holistik dalam penanggulangan kemiskinan. Peningkatan kualitas keluarga menjadi salah satu target capaian, tetapi lebih luas lagi adalah meningkatkan kualitas manusia di sekitarnya untuk memperoleh akses peningkatan ekonomi.
BKM dengan PJM dan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)-nya merupakan sebuah proses pembelajaran di masyarakat agar secara langsung berpartisipasi membangun mewujudkan masyarakat mandiri dan madani. BKM juga sebagai media pembelajaran bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender, yaitu kesetaraan pembagian hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan sebagai makhluk sosial.
Perempuan dalam Kesehatan Ibu dan Balita
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) harus diakui keberhasilannya dalam menyelenggarakan Kader Posyandu sampai di tingkat basis masyarakat RT/RW. Sebuah pilihan yang tepat bahwa dalam pelaksanaan PNPM di tingkat kota/kabupaten penanggungjawab atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah instansi/dinas BKKBN kota/kabupaten atau nama lainnya, misal Bappemas (di Surabaya) dan BKBPMP (di Sidoarjo). Keberhasilan mereka dalam mendorong tumbuhnya kerelawanan/kader di basis masyarakat dapat menjadi aset dalam penyelenggaraan perencanaan jangka menengah.
Kesehatan ibu dan balita sangat menentukan kelangsungan nasib bangsa ini. Kesehatan ibu dan balita menentukan mutu/kualitas fisik manusia ke depan. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Balita dengan asupan gizi yang baik akan meningkatkan pertumbuhan kecerdasan anak, karena perkembangan otak maksimal adalah sebelum usia lima tahun. Balita sehat dan cerdas adalah aset generasi muda yang berkualitas.
Negara-negara di dunia dengan MDG’s-nya sangat berkepentingan dalam penurunan angka kematian balita serta peningkatan kesehatan ibu dan balita. Penanggulangan kemiskinan dimulai dengan perbaikan kualitas generasi penerusnya, yakni generasi yang sehat dan cerdas. Rendahnya kesehatan ibu dan balita akan melahirkan generasi yang kualitasnya juga rendah, yang selanjutnya dapat menjadi beban karena tidak mampu mencapai akses-akses kehidupan yang lebih baik. Perempuan dalam kodratnya: hamil, melahirkan, dan menyusui, menjadi faktor sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM ke depan. Jika pada masa kehamilan perempuan tidak dijaga asupan gizi dan pemeriksaan rutinnya, ia akan melahirkan janin yang beresiko cacat, bahkan beresiko kematian bagi ibu dan/atau bayi saat melahirkan.
Pada tahapan menyusui, asupan gizi dan kesehatan (fisik dan psikis) seorang ibu sangat menentukan asupan gizi pada bayi. Dalam memfasilitasi penyusunan PJM, PNPM diharapkan dapat mendorong pula semakin optimalnya pekerjaan kader-kader Posyandu. BLM dalam pembangunan sosial dapat pula disinergikan dengan program-program Posyandu sebelumnya, khususnya tepat sasaran pada ibu dan balita keluarga miskin.
Perempuan dan HIV/AIDS
Penderita HIV/AIDS banyak didominasi dari kalangan pecandu narkoba dan pekerja seks, karena memang perilaku mereka beresiko tinggi tertular HIV. Dalam lima tahun terakhir, ditemukan banyak kasus ibu rumah tangga yang tertular HIV. Ditemukan juga kasus bayi terlahir dengan positif HIV dari ibu yang menderita HIV. Mereka bukan tertular karena perilaku mereka beresiko, melainkan penularan terjadi dari suami yang memiliki perilaku beresiko, yaitu pecandu narkoba dan atau pelaku seks bebas dan berganti-ganti pasangan. Banyak “perempuan baik-baik” menjadi korban karena ketidaktahuannya atas perilaku pasangannya.
Bagi perempuan dari keluarga miskin yang tertular HIV cenderung lebih cepat menjelang kematiannya, akibat asupan gizi yang tidak memadai. Pertumbuhan virus yang menyerang kekebalan tubuh ini tidak dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat pertumbuhannya dengan mengonsumsi obat tertentu dan menjaga stamina kesehatan dengan asupan gizi dan olah raga yang cukup.
Di Afrika Selatan, HIV/AIDS sudah menjadi endemi yang menelan korban cukup banyak, terutama dari masyarakat miskin. Bahkan, banyak anak terlahir dalam kondisi positif HIV yang mereka dapatkan dari ibunya. Indonesia sebagai negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang relatif cukup tinggi, dengan tingkat pendidikan perempuan miskin masih cukup rendah, akan beresiko tinggi mengalami peningkatan kasus penularan HIV/AIDS. Sudah saatnya Indonesia melakukan gerakan massal memerangi HIV/AIDS sampai di tingkatan basis.
PNPM (ataupun sebelumnya: P2KP) lebih identik dengan program simpan-pinjam dan/atau perbaikan infrastruktur lingkungan. Sudah saatnya PNPM dengan TRIDAYA dan muatan MDG’s-nya mulai membenahi pembangunan di bidang sosial, yang selama ini seringkali dianaktirikan dengan prosentase BLM cukup 10%. Program-program konsultasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait bidang kesehatan dan pendidikan perlu ditingkatkan.
Peranan perempuan dalam memerangi HIV/AIDS pun sangat penting, karena berkaitan dengan peran mereka sebagai pengawal pendidikan anak sejak dini. Pendidikan anak yang baik akan menjadi benteng dalam arus pergaulan bebas, narkoba dan seks bebas. Memerangi HIV/AIDS yang paling efektif adalah menjaga diri dan keluarga dari perilaku-perilaku beresiko tinggi penularan. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Perempuan dalam Kelestarian Fungsi Lingkungan
Dampak pemanasan global dengan perubahan iklim yang tidak bisa diprediksi telah merenggut banyak korban. Tahun 2008, dilanjut awal tahun 2009, secara beruntun Indonesia didera bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan gelombang pasang. Bencana bukan sekadar menelan korban meninggal dan menghancurkan harta saja, tetapi juga merusak lahan mata pencaharian. Petani gagal panen dan nelayan tidak dapat melaut. Kemiskinan secara cepat meningkat akibat kelalaian manusia menjaga kelestarian fungsi lingkungan.
Bencana bukan sekadar murka Sang Pencipta, melainkan lebih karena ulah manusianya yang lalai menjaga kelestarian fungsi lingkungan. Kerusakan-kerusakan lingkungan, mulai dari illegal logging, perubahan peruntukan lahan, penataan sanitasi lingkungan yang buruk, permukiman padat yang tidak menyisakan lahan hijau, sampai perilaku membuang sampah sembarangan. Pembangunan fisik seringkali mengorbankan lahan-lahan yang berfungsi sebagai daerah serapan.
Gerakan sadar lingkungan dimulai dari diri sendiri dan terus disosialisasikan atau diwariskan melalui media pendidikan kepada anak cucu. Perempuan sebagai pengawal pendidikan anak, tentunya sangat menentukan nasib bumi di masa depan.
Kesimpulan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai akses-akses ekonomi, yang berdampak pada ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hajat hidupnya. Ketidakmampuan seseorang mencapai akses-akses ekonomi disebabkan rendahnya kualitas SDM, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya ketrampilan. Kemiskinan juga berdampak pada ketidakmampuan anak-anak memperoleh pendidikan dasar yang cukup.
Perempuan dalam hegemoni dominasi budaya ”laki-laki” rentan menjadi korban. Perempuan jadi termarjinalkan dalam memperoleh pendidikan dan kesempatan bekerja. Perempuan miskin seringkali menjadi korban kejahatan perdagangan manusia, terjerumus sebagai pekerja seks.
Pendidikan dan Kesehatan adalah kebutuhan mutlak di dalam peningkatan kualitas SDM. Pendidikan pun menjadi media efektif pewarisan nilai-nilai kebaikan. Perempuan yang cerdas dan sehat akan melahirkan pula generasi cerdas dan sehat.
Sudah saatnya PNPM menjadi agen pembangunan yang memfasilitasi dan memotivasi keterlibatan perempuan di dalam merumuskan kebijakan di segala aspek kehidupan di tingkatan masyarakat basis (RT/RW/kelurahan), terutama dalam aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Selesai.
(Mila Djamhari, pemerhati PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina; 2009)