Drug Free Community

Memanusiakan Manusia Indonesia


Tinggalkan komentar

Pengobatan Modern Vs. Pengobatan Tradisional

Bahan-bahan obat farmasi modern ada yang alami dan ada yang sintesis. Obat-obat berbahan alami adalah pengembangan dari pengobatan tradisional yang dilakukan pengujian laboratorium dan pengujian klinis pada hewan-hewan percobaan dan juga manusia.

Di Indonesia pun saat ini di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan juga sedang dilakukan penelitian tentang obat-obat tradisional yang dikenal dengan jamu.

Secara ilmiah pun juga sudah diakui banyak tanaman-tanaman yang bersifat obat, yang kita kenal dengan sebutan TOGA atau tanaman obat keluarga. Masing-masing tanaman memiliki khasiat dan efek juga karena prinsip OBAT adalah satu sisi mengobati dan satu sisi memiliki efek negatif pada tubuh salah satunya adalah menyebabkan kecanduan.

Penelitian dan pengembangan farmasi adalah untuk mengoptimalkan bahan-bahan obat tersebut untuk mengobati dan meminimalisir efek negatifnya.

Prinsip Obat yang lain adalah harus digunakan sesuai dengan kebutuhan terapi dan tepat dosis karena penggunaan yang salah akan berdampak pada kerusakan pada organ tubuh yang lain.

Misal daun sirsak yang dimasak dan diminum airnya dimana kandungan di dalamnya adalah antibiotik. Kebutuhan antibiotik ada takarannya tidak sembarangan semakin banyak semakin cepat sembuhnya. Fungsi antibiotik sendiri adalah untuk mematikan bakteri, tidak semua penyakit disebabkan bakteri sehingga tidak semua penyakit bisa diobati oleh daun sirsak. Perkembangan medis modern terakhir penggunaan antibiotik pun tidak diperjualkan bebas tanpa resep dokter karena ada dampak negatifnya, salah satunya adalah tubuh menjadi resisten terhadap bakteri.

Penemuan “obat” kanker payudara dari “bajaka” oleh para siswi bukanlah sebuah penemuan secara uji klinis melainkan penemuan secara etnografi kesehatan karena penggunaan bajaka sebagai obat kanker adalah tradisi pengobatan tradisional secara turun temurun, yang sesungguhnya Bangsa ini kaya akan kandungan obat-obatan alami.

Penemuan ini mengingatkan saya pada penemuan buah merah Papua yang diklaim sebagai obat munjarab mengobati AIDS, sehingga ada penderita AIDS yang putus ARV dan beralih ke pengobatan buah merah ini. Informasi terakhir pasien tersebut meninggal dunia. Perkembangan terapi ARV sendiri pada pasien HIV dan AIDS sudah melampaui lebih 20 tahun pasien AIDS hidup sehat meski virus belum bisa dimatikan tetapi kualitas kesehatannya jauh lebih baik dan bisa dikatakan sehat seperti mereka tanpa HIV.

Terlepas dari kandungan zat di dalam tanaman-tanaman yang secara tradisional diyakini sebagai obat bagi penyakit berat seperti kanker atau pun HIV adalah menarik melihat sisi sosial kultural pasien yang lebih memilih berobat alternatif.

Kanker dan AIDS adalah penyakit yang memiliki pengaruh psikologis cukup tinggi pada pasien dan keluarganya. Sedangkan keberhasilan pengobatan sangat ditentukan oleh kondisi psikologis pasien. Pada penderita kanker ada khusus penangan psikisnya yang disebut dengan paliatif, begitu juga dengan penderita HIV juga ada pendampingan atau konseling psikis pada pasiennya sejak dilakukan VCT atau tes HIV.

Terapi pengobatan pada pasien kanker dan AIDS adalah terapi jangka panjang yang membutuhkan kedisiplinan pasien baik dalam proses terapinya maupun dalam pemulihannya yaitu pola hidup sehat.

Pengobatan modern kita semua sepakat lebih memiliki pertanggungjawaban uji laboratorium dan uji klinis dari pada pengobatan tradisional atau disebut alternatif. Kita juga semua tahu bahwa pengobatan modern membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mahalnya biaya pengobatan modern inilah yang menyebabkan pasien dari kalangan tidak mampu menjadi beban psikisnya semakin berat dan jelas sangat berpengaruh pada pengobatannya.

Kehadiran pengobatan tradisional atau pun alternatif bahkan saat ini pun berkembang pengobatan Thibbun Nabawi menjadi pilihan yang realistis bagi mereka.

Dalam sudut pandang pengobatan modern akan menjadi masalah karena dianggap belum teruji secara laboratorium dan klinis, tetapi dalam sudut pandang antropologi hal ini dapat dipahami sebagai sebuah pilihan untuk pengobatan.

Kementrian kesehatan dalam beberapa tahun sudah mulai bijak dengan melakukan studi etnografi kesehatan dengan menggali potensi-potensi tradisional/etnis dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Kedepan semoga teknologi kesehatan negeri ini dapat mengembangkan potensi pengobatan tradisional/etnis ini menjadi pengobatan alternatif yang telah teruji secara laboratorium dan klinis sehingga pengobatan murah pada pasien kanker atau pun AIDS dapat dilakukan.

Ada hal lagi yang menjadi rahasia umum terkait mafia obat dimana kita semua tahu kapitalisasi di dunia farmasi banyak mematikan penemuan -penemuan baru terkait pengobatan tradisional atau alternatif.

*Mila Machmudah Djamhari*


Tinggalkan komentar

Perempuan Dalam Implementasi PNPM (Bag.2 selesai)

Mila Machmudah Djamhari, S.Sos.

PNPM dalam implementasi di lapangan menjadikan keterlibatan perempuan dalam proses/siklus pemberdayaannya sebagai indikator pencapaian. Secara kuantitas, ada standar minimal capaian lapang bahwa keterlibatan masyarakat perempuan dalam proses pelaksanaan lapang minimal 30%. Secara kualitas, masyarakat perempuan juga didorong untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penyusunan Perencanaan Jangka Menengah (PJM) di tingkat kelurahan/desa mereka. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai lembaga aspiratif, representatif, dan akuntabel, yang dibangun guna mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat, ”mengharuskan” minimal 30% anggotanya adalah perempuan. Anggota BKM periode PNPM Tahun 2007 sudah banyak diisi kaum perempuan.

Perempuan dalam partisipasi pembangunan di masyarakat sebenarnya tidak bisa dipungkiri. Keberadaan lembaga PKK dan kader posyandu sangat mendukung peningkatan kualitas keluarga masyarakat Indonesia. Keterlibatan peran perempuan dalam PKK dan Posyandu adalah representasi peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Peranan perempuan dalam BKM lebih luas, karena sangat holistik dalam penanggulangan kemiskinan. Peningkatan kualitas keluarga menjadi salah satu target capaian, tetapi lebih luas lagi adalah meningkatkan kualitas manusia di sekitarnya untuk memperoleh akses peningkatan ekonomi.

BKM dengan PJM dan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)-nya merupakan sebuah proses pembelajaran di masyarakat agar secara langsung berpartisipasi membangun mewujudkan masyarakat mandiri dan madani. BKM juga sebagai media pembelajaran bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender, yaitu kesetaraan pembagian hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan sebagai makhluk sosial.

Perempuan dalam Kesehatan Ibu dan Balita

Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) harus diakui keberhasilannya dalam menyelenggarakan Kader Posyandu sampai di tingkat basis masyarakat RT/RW. Sebuah pilihan yang tepat bahwa dalam pelaksanaan PNPM di tingkat kota/kabupaten penanggungjawab atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah instansi/dinas BKKBN kota/kabupaten atau nama lainnya, misal Bappemas (di Surabaya) dan BKBPMP (di Sidoarjo). Keberhasilan mereka dalam mendorong tumbuhnya kerelawanan/kader di basis masyarakat dapat menjadi aset dalam penyelenggaraan perencanaan jangka menengah.

Kesehatan ibu dan balita sangat menentukan kelangsungan nasib bangsa ini. Kesehatan ibu dan balita menentukan mutu/kualitas fisik manusia ke depan. Ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Balita dengan asupan gizi yang baik akan meningkatkan pertumbuhan kecerdasan anak, karena perkembangan otak maksimal adalah sebelum usia lima tahun. Balita sehat dan cerdas adalah aset generasi muda yang berkualitas.

Negara-negara di dunia dengan MDG’s-nya sangat berkepentingan dalam penurunan angka kematian balita serta peningkatan kesehatan ibu dan balita. Penanggulangan kemiskinan dimulai dengan perbaikan kualitas generasi penerusnya, yakni generasi yang sehat dan cerdas. Rendahnya kesehatan ibu dan balita akan melahirkan generasi yang kualitasnya juga rendah, yang selanjutnya dapat menjadi beban karena tidak mampu mencapai akses-akses kehidupan yang lebih baik. Perempuan dalam kodratnya: hamil, melahirkan, dan menyusui, menjadi faktor sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM ke depan. Jika pada masa kehamilan perempuan tidak dijaga asupan gizi dan pemeriksaan rutinnya, ia akan melahirkan janin yang beresiko cacat, bahkan beresiko kematian bagi ibu dan/atau bayi saat melahirkan.

Pada tahapan menyusui, asupan gizi dan kesehatan (fisik dan psikis) seorang ibu sangat menentukan asupan gizi pada bayi. Dalam memfasilitasi penyusunan PJM, PNPM diharapkan dapat mendorong pula semakin optimalnya pekerjaan kader-kader Posyandu. BLM dalam pembangunan sosial dapat pula disinergikan dengan program-program Posyandu sebelumnya, khususnya tepat sasaran pada ibu dan balita keluarga miskin.

Perempuan dan HIV/AIDS

Penderita HIV/AIDS banyak didominasi dari kalangan pecandu narkoba dan pekerja seks, karena memang perilaku mereka beresiko tinggi tertular HIV. Dalam lima tahun terakhir, ditemukan banyak kasus ibu rumah tangga yang tertular HIV. Ditemukan juga kasus bayi terlahir dengan positif HIV dari ibu yang menderita HIV. Mereka bukan tertular karena perilaku mereka beresiko, melainkan penularan terjadi dari suami yang memiliki perilaku beresiko, yaitu pecandu narkoba dan atau pelaku seks bebas dan berganti-ganti pasangan. Banyak “perempuan baik-baik” menjadi korban karena ketidaktahuannya atas perilaku pasangannya.

Bagi perempuan dari keluarga miskin yang tertular HIV cenderung lebih cepat menjelang kematiannya, akibat asupan gizi yang tidak memadai. Pertumbuhan virus yang menyerang kekebalan tubuh ini tidak dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat pertumbuhannya dengan mengonsumsi obat tertentu dan menjaga stamina kesehatan dengan asupan gizi dan olah raga yang cukup.

Di Afrika Selatan, HIV/AIDS sudah menjadi endemi yang menelan korban cukup banyak, terutama dari masyarakat miskin. Bahkan, banyak anak terlahir dalam kondisi positif HIV yang mereka dapatkan dari ibunya. Indonesia sebagai negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang relatif cukup tinggi, dengan tingkat pendidikan perempuan miskin masih cukup rendah, akan beresiko tinggi mengalami peningkatan kasus penularan HIV/AIDS. Sudah saatnya Indonesia melakukan gerakan massal memerangi HIV/AIDS sampai di tingkatan basis.

PNPM (ataupun sebelumnya: P2KP) lebih identik dengan program simpan-pinjam dan/atau perbaikan infrastruktur lingkungan. Sudah saatnya PNPM dengan TRIDAYA dan muatan MDG’s-nya mulai membenahi pembangunan di bidang sosial, yang selama ini seringkali dianaktirikan dengan prosentase BLM cukup 10%. Program-program konsultasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait bidang kesehatan dan pendidikan perlu ditingkatkan.

Peranan perempuan dalam memerangi HIV/AIDS pun sangat penting, karena berkaitan dengan peran mereka sebagai pengawal pendidikan anak sejak dini. Pendidikan anak yang baik akan menjadi benteng dalam arus pergaulan bebas, narkoba dan seks bebas. Memerangi HIV/AIDS yang paling efektif adalah menjaga diri dan keluarga dari perilaku-perilaku beresiko tinggi penularan. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Perempuan dalam Kelestarian Fungsi Lingkungan

Dampak pemanasan global dengan perubahan iklim yang tidak bisa diprediksi telah merenggut banyak korban. Tahun 2008, dilanjut awal tahun 2009, secara beruntun Indonesia didera bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan gelombang pasang. Bencana bukan sekadar menelan korban meninggal dan menghancurkan harta saja, tetapi juga merusak lahan mata pencaharian. Petani gagal panen dan nelayan tidak dapat melaut. Kemiskinan secara cepat meningkat akibat kelalaian manusia menjaga kelestarian fungsi lingkungan.

Bencana bukan sekadar murka Sang Pencipta, melainkan lebih karena ulah manusianya yang lalai menjaga kelestarian fungsi lingkungan. Kerusakan-kerusakan lingkungan, mulai dari illegal logging, perubahan peruntukan lahan, penataan sanitasi lingkungan yang buruk, permukiman padat yang tidak menyisakan lahan hijau, sampai perilaku membuang sampah sembarangan. Pembangunan fisik seringkali mengorbankan lahan-lahan yang berfungsi sebagai daerah serapan.

Gerakan sadar lingkungan dimulai dari diri sendiri dan terus disosialisasikan atau diwariskan melalui media pendidikan kepada anak cucu. Perempuan sebagai pengawal pendidikan anak, tentunya sangat menentukan nasib bumi di masa depan.

Kesimpulan

Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai akses-akses ekonomi, yang berdampak pada ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hajat hidupnya. Ketidakmampuan seseorang mencapai akses-akses ekonomi disebabkan rendahnya kualitas SDM, seperti rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya ketrampilan. Kemiskinan juga berdampak pada ketidakmampuan anak-anak memperoleh pendidikan dasar yang cukup.

Perempuan dalam hegemoni dominasi budaya ”laki-laki” rentan menjadi korban. Perempuan jadi termarjinalkan dalam memperoleh pendidikan dan kesempatan bekerja. Perempuan miskin seringkali menjadi korban kejahatan perdagangan manusia, terjerumus sebagai pekerja seks.

Pendidikan dan Kesehatan adalah kebutuhan mutlak di dalam peningkatan kualitas SDM. Pendidikan pun menjadi media efektif pewarisan nilai-nilai kebaikan. Perempuan yang cerdas dan sehat akan melahirkan pula generasi cerdas dan sehat.

Sudah saatnya PNPM menjadi agen pembangunan yang memfasilitasi dan memotivasi keterlibatan perempuan di dalam merumuskan kebijakan di segala aspek kehidupan di tingkatan masyarakat basis (RT/RW/kelurahan), terutama dalam aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Selesai.

(Mila Djamhari, pemerhati PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina; 2009)


Tinggalkan komentar

Perempuan dalam Implementasi PNPM (Bag.1)

Sidoarjo, 1 April 2009

 

Mila Machmudah Djamhari, S.Sos.

 

 

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) diluncurkan langsung oleh Presiden pada April 2007 sebagai payung dari semua program-program nasional yang berkaitan dengan pemberdayaan atau pelibatan partisipatif masyarakat. PNPM menjadi berbeda dengan program-program sebelumnya karena adanya Millennium Development Goals (MDGs) sebagai tujuan atau hasil keluaran/pencapaian keseluruhan kegiatan. Indonesia bersama 187 Negara menyepakati tahun 2015 sebagai target pencapaian MDGs.

Dalam MDGs ada delapan tujuan yang harus dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan global. Yaitu, pertama, menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Kedua, mencapai pendidikan dasar. Ketiga, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Keempat, menurunkan angka kematian balita. Kelima, meningkatkan kesehatan ibu. Keenam, memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular. Ketujuh, menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kedelapan, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Masing-masing tujuan tersebut terkait satu dengan lainnya.

Bagi Negara yang meratifikasi kesepakatan MDGs ini wajib menjadikan MDGs sebagai standar dan atau tujuan pelaksanaan program-program nasionalnya. Misalnya, standar keikutsertaan partai politik sebagai peserta pemilu 2009 adalah anggota dan pengurus partai minimal 30% perempuan. Perempuan dalam partai politik sudah menjadi bagian yang diperhitungkan, bukan hanya untuk perolehan suara melainkan untuk menduduki kursi legislatif sebagai kontributor pengambil kebijakan perundang-undangan negara.

PNPM sebagai salah satu program nasional juga wajib menjadikan MDGs sebagai standar pencapaian. Lalu, bagaimana perempuan dalam implementasi pelaksanaan PNPM? Apakah pelaksana PNPM mulai dari Pusat sampai lokasi lapang memahami bahwa keterlibatan perempuan di dalam PNPM merupakan bagian yang signifikan di dalam pencapaian MDGs Tahun 2015?

Perempuan dalam implementasi PNPM bukan semata sebagai salah satu bagian dari delapan pencapaian MDGs. Perempuan memiliki peranan penting dalam kesemua pencapaian tersebut. Keterlibatan perempuan di dalam siklus PNPM seringkali dipandang sebagai salah satu tujuan dari MDGs, yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Keterlibatan perempuan hanya sekedar memenuhi jumlah minimal (kuantitas) seperti di dalam indikator capaian kinerja lapang. Seyogianya keterlibatan perempuan di dalam PNPM juga dilihat dari peningkatan konstribusi (kualitas) mereka guna mewujudkan pencapaian MDGs khususnya yang berkaitan dengan keterlibatan perempuan.

PNPM dalam petunjuk pelaksanaannya menempatkan keterlibatan perempuan sebagai indikator capaian kinerja dan standar akuntabilitas pelaku-pelakunya. Dengan harapan, dalam pelaksanaannya di lapang, PNPM mampu memfasilitasi dan memotivasi meningkatnya jumlah dan konstribusi perempuan dalam proses-proses pembangunan di tingkatan lokal (kelurahan/desa).

Perempuan dalam Kemiskinan

Secara kuantitas jumlah perempuan miskin (dari sisi ekonomi) lebih besar dari jumlah laki-laki. Secara sosial budaya, kemiskinan membuat para wanita miskin lebih dikorbankan. Akses perempuan untuk memperoleh pekerjaan sangat dibatasi hegemoni nilai. Masih banyak nilai-nilai sosial budaya di masyarakat Indonesia memberikan batasan-batasan pada kaum perempuan. Misal, perempuan tidak boleh keluar malam, tidak boleh menginap, dan ke luar rumah harus seijin suami atau orang tua. Perempuan yang pergi atau bertemu dengan lelaki selain keluarganya, seringkali menjadi fitnah, meskipun itu untuk keperluan pekerjaan. Kondisi seperti ini seringkali membuat pemilik usaha lebih memilih pekerja laki-laki daripada perempuan.

Padahal, kondisi kebutuhan ekonomi memaksa kaum perempuan untuk bekerja di luar rumah. Dengan nilai-nilai ”stigma negatif” pada perempuan yang keluar malam, pergi sendirian, atau berinteraksi dengan banyak laki-laki, seringkali memunculkan tindak perilaku pelecehan seksual terhadap perempuan, bahkan perempuan menjadi korban kekerasan/kejahatan. Perempuan dalam kemiskinannya pun rentan menjadi korban pelecehan dan kekerasan. Perempuan sebagai makhluk ”lemah” dalam kemiskinan merupakan kelompok resiko tinggi menjadi korban perdagangan manusia (traficking), yang dijerumuskan menjadi pekerja seksual, tenaga kerja ilegal di luar negeri, atau perbudakan baru—yaitu bekerja dengan bayaran sangat rendah.Gambaran di atas adalah realita yang banyak terjadi di Indonesia. Perempuan miskin terbatas untuk memilih pekerjaan. Kalau pun bekerja, mereka beresiko menjadi korban kejahatan.

PNPM dengan jangkauan pada kelompok basis masyarakat diharapkan dapat menjadi agen perubahan pola-pola berpikir dan bersikap pada masyarakat tentang perempuan yang bekerja. Perempuan yang bekerja akan membantu perekonomian keluarga, yang selanjutnya diharapkan mampu menanggulangi kemiskinannya.

Perempuan dan Pendidikan

Salah satu penyebab kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai akses-akses peningkatan ekonomi. Ketidakmampuan tersebut disebabkan rendahnya kualitas SDM, yaitu rendahnya tingkat pendididkan dan minimnya keterampilan. Kemiskinan juga menyebabkan banyak anak kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan. Pendidikan yang mahal akan menjauhkan anak untuk mendapatkan pendidikan sebagai haknya, seperti tercantum dalam Undang-undang Dasar 45 (amandemen 2002) Pasal 28C ayat (1) “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.

Tidak bisa dipungkiri, perkembangan dunia pendidikan bagi perempuan di Indonesia sangat berkembang pesat. Perempuan memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan di dalam peningkatan kapasitas SDMnya. Sejarah membuktikan, seorang Kartini mampu secara perlahan mengubah paradigma budaya masyarakat Indonesia dan memberi kesempatan kepada perempuan keluar rumah dan memperoleh pendidikan.

Bagaimana dengan perempuan yang dilahirkan pada keluarga miskin? Apakah mereka juga memiliki hak yang sama dengan saudaranya yang laki-laki? Pendidikan yang mahal menjadi masalah besar bagi keluarga miskin, maka terjadi skala prioritas, yang akhirnya menempatkan perempuan pada urutan belakang untuk memeperoleh pendidikan. Perempuan dalam keluarga miskin akan menjebak mereka dalam kemiskinan yang lebih kronis. Terhambatnya akses memperoleh pendidikan (minimal pendidikan dasar 9 tahun) berdampak pada rendahnya kapasitas SDMnya. Rendahnya kapasitas SDM jelas akan menyingkirkan mereka pada persaingan perolehan pekerjaan. Ketidakmampuan memperoleh penghasilan akan menjadikan mereka semakin lemah untuk menyuarakan hak-hak mereka.

Implementasi PNPM di lapang harus mampu memotivasi seluruh elemen masyarakat untuk peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan, baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan, terutama pendidikan bagi kelompok masyarakat miskin. Nilai-nilai luhur kepedulian, kerelawanan, dan si kaya membantu si miskin yang selalu disosialisasikan, diharapkan dapat menjadi suatu gerakan munculnya orang tua-orang tua asuh. Pendidikan dasar adalah hak semua anak dunia.

Perempuan dan Kesetaraan Gender

Dalam klasifikasi biologis dibedakan antara jantan dan betina. Dalam klasifikasi orientasi seksual dibedakan homoseksual dan heteroseksual. Dalam klasifikasi sosial budaya (gender) ada pembagian hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Klasifikasi sosial budaya membagi peran antara laki-laki dan perempuan. Hegemoni dominasi laki-laki menempatkan perempuan hanya menjadi pengikut. Jaman feodalisme perempuan hanya dipandang sebagai teman di dapur dan di kamar tidur. Pemahaman religi sebagian masyarakat Indonesia secara tidak sadar turut pula mempengaruhi pola berpikir dan bersikap masyarakat terhadap peran berikut hak dan kewajiban perempuan.

Perempuan dalam pemahaman religi dapat didefinisikan sebagai surgo nunut neroko katut, bahwa kebaikan atau keburukan tergantung pada si suami. Izinnya Tuhan terhadap seorang istri adalah izinnya si suami. Kalau si suami tidak memberikan izin, maka si istri tidak dibenarkan melanggar perintah suaminya. Pada pemahaman ini, secara sadar tanpa “paksaan” seorang perempuan/istri menyerahkan sebagian besar hak atas hidupnya pada si suami.

Perubahan jaman mengubah banyak hal, misalnya perempuan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik. Perubahan ini tidak serta pula memberi kesempatan kepada perempuan untuk menunjukan eksistensi dirinya. Masih jarang perempuan dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, sekalipun itu berkaitan dengan kodratnya sebagai perempuan—hamil, melahirkan, dan menyusui. Saat ini masih banyak masyarakat kita menempatkan perempuan sebatas urusan rumah-tangga (domestik).

Gerakan kesetaraan gender bukan untuk mengambil posisi kepala rumah tangga, tetapi lebih membagi peranan antara laki-laki dengan perempuan tanpa menghilangkan hak-hak asasi perempuan sebagai makhluk sosial. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, memperoleh pekerjaan, memperoleh akses ekonomi, kesehatan, dan politik. Sudah saatnya perempuan diberi kesempatan untuk turut serta dalam pengambilan keputusan/kebijakan. PNPM Tahun 2007 sudah memulai untuk menjadi penggerak kesetaraan gender. Bersambung.. (Mila Djamhari, pemerhati PNPM Mandiri Perkotaan; Firstavina)


Tinggalkan komentar

#SayaBerani Tes HIV

Bismillahirrahmanirrahim…

Di momen Peringatan Hari AIDS Se Dunia 1 Desember… meski sudah hampir tutup bulan… izinkan saya untuk mengajak sahabat sekalian khususnya yang berperilaku resiko tinggi penularan HIV dan/atau yang memiliki pasangan hidup yang memilki perilaku resiko tinggi tersebut untuk melakukan Tes HIV atau VCT… Perilaku resiko tinggi penularan HIV adalah berganti-ganti pasangan seksual dan penggunaan jarum suntik tidak steril habis pakai orang lain ..

Sebagai bentuk ajakan yang konkret #SayaBerani juga untuk Tes HIV… sekaligus untuk menjawab stigma masyarakat apakah berhubungan dengan ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) dapat tertular… Alhamdulillah sebelumnya saya sudah DUA kali Tes HIV dan hasilnya adalah Non Reaktif yang artinya negatif… Bagaimana kira-kira hasil tes ketiga ini???? Alhamdulillah tetap sama NEGATIF…

Yuuuuuukkkk kita Tes HIV untuk semakin cepat mengetahui STATUS kesehatan kita agar segera dapat dilakukan terapi untuk menekan perkembangan virusnya bila ternyata status kita positif… Alhamdulillah kemajuan teknologi kesehatan sudah menemukan terapi pengobatan pada pasien HIV yang memberikan harapan baru untuk tetap SEHAT bukan hanya hitungan satu dua tahun tetapi sudah terbukti banyak ODHA yang bertahan hidup sehat belasan bahkan lebih 30 tahun… Saya Berani Tes HIV… Saya berani mengetahui status saya… karena ODHA juga Berhak Sehat… #SayaBerani #SayaSehat…

Untuk informasi lebih lanjut dan pribadi silakan kontak WA saya di 0818 505 404

Saya Mila Machmudah Ketua Drug Free Community in Syaa Allah siap membantu sahabat semua…

#StopStigma #StopDiskriminasi Jauhi Virusnya bukan Orangnya…

Relawan Kesehatan Pendampingan Pasien HIV dan AIDS RSUD Dr. Soetomo Surabaya

#SayaBerani Tes HIV

Tahap Pertama adalah mendaftar langsung di loket dengan menunjukkan KTP… di Poli UPIPI RSUD Dr. Soetomo biaya VCT (Tes HIV) sebesar Rp. 45.000… Bila di Puskesmas-puskesmas…

Poli UPIPI ini letaknya paling belakang dari RS tepatnya dekat Masjid dan Kamar Jenazah… Untuk tes HIV tidak perlu antri mendaftar di Instalansi Rawat Jalan… cukup langsung datang ke Poli UPIPI… Kalau di Puskesmas-puskesmas daftar di bagian pendaftaran dan sampaikan untuk VCT…

Setelah membayar akan diberikan kuitansi dan kartu identitas berobat rawat jalan… Setelah mendapatkan kartu akan diarahkan ke dokter atau konselor untuk terlebih dahulu mendapatkan konseling… penjelasan dan penguatan bila ada kemungkinan hasil tes positif…

Tahap Kedua adalah Konseling dengan Dokter atau Konselor… Tes HIV atau VCT (Volluntary Consulting and Testing) adalah tes HIV yang dilakukan secara sukarela dan harus melalui konseling lebih dahulu…

Tahap Ketiga adalah mengisi form yang sudah disiapkan terkait identitas diri dan riwayat aktivitas seksual dan perilaku yang resiko tinggi penularan HIV… selanjutnya tanda tangan pernyataan bersedia untuk melakukan tes HIV…

Tahap Keempat adalah pengambilan sample darah untuk dilakukan pemeriksaan apakah muncul reaksi anti bodi kita terhadap adanya Virus HIV…

Tahap Kelima adalah Penyampaian hasil tes HIV… bila reaktif atau positif maka akan dilanjutkan tes-tes yang lain semacam general check up untuk diketahui kondisi badan sebelum diberikan obat yang tepat… Bila ada penyakit-penyakit lain semisal TB maka harus diobati terlebih dahulu sebelum mendapatkan terapi ARV… Pasien akan diarahkan kepada relawan kesehatan untuk mendapatkan pendampingan teknis dan psikis… Bila non reaktif atau negatif disarankan untuk mengulang lagi 6 bulan kedepan… karena masa inkubasi virus HIV adalah 6 bulan…


Tinggalkan komentar

DFC – PAN Rekreasi Bareng Anak-anak Duafa

Rekreasi adalah salah satu kegiatan yang menjadi program rutin Drug Free Community untuk perempuan dan anak-anak duafa dampingan DFC. Rekreasi bagi orang mampu adalah hal yang biasa dan terjangkau, tidak bagi masyarakat duafa rekreasi adalah sesuatu yang mewah dan mahal.

Tahun 2014 dan 2015 kita rekreasi dalam kota Surabaya keliling naik bus pariwisata Pemerintah Kota Surabaya, ke Pantai Ria Kenjeran dan Kebun Bibit. Alhamdulillah awal tahun 2017 tercapailah cita-cita dan doa anak-anak untuk rekreasi ke luar kota. Bersama para Relawan yang setia mendampingi mereka selama ini kami rekreasi ke Sumber Krabyakan Lawang dan Sumber Maron Malang.

Acara rekreasi ini dapat terselenggara atas dukungan dari anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Bapak Zainul Luthfi (Dapil Surabaya Sidoarjo) dan Bapak Malik (Dapil Madura) dari Fraksi Partai Amanat Nasional. Dengan menyewa satu bis besar rombongan berangkat dari Rumah PAN Jawa Timur, Minggu 15 Januari 2017.

Acara rekreasi ini langsung dikoordinir oleh Ketua Drug Free Community Mila Machmudah yang biasa dipanggil anak-anak dampingan dengan Bunda Mila, yang di jajaran Pengurus Harian DPW PAN Jawa Timur adalah Wakil Sekretaris. DFC dan PAN berharap acara rekreasi ini dapat memberikan mereka kebahagiaan sehingga menjadi semangat mereka untuk bangkit dari sakit dan kesulitan hidup yang mereka alami. Selama matahari masih terbit selalu ada harapan bersinar. 


Tinggalkan komentar

Berbagi Ramadhan Ceria 2017

Ramadhan 2017 sekaligus adalah momen terakhir kegiatan Drug Free Community – Kawan PELANGI menyelenggarakan kegiatan pendampingan di Shelter DFC Raya Darmo 8A Surabaya. Gedung yang sudah 17 tahun menemani para Relawan pendampingan masalah narkoba, aids, advokasi kesehatan masyarakat marjinal hingga perlindungan perempuan dan anak, akhirnya dibongkar atas perintah pemerintah kota.

Apapun permasalahan yang dihadapi DFC tetap tidak menyurutkan langkah untuk terus menebar kebahagiaan bersama perempuan dan anak-anak duafa. Alhamdulillah lebih 80 orang yang mendapat santunan. Acara Berbagi Ramadhan Ceria 2017 ini bekerjasama dengan Yayasan Nurul Hayat, Sahabat Mualaf, dan LaNyalla Akademia.


Tinggalkan komentar

Berbagi Ramadhan Ceria 2016

Ramadhan 2016 berbeda dengan Ramadhan – ramadhan sebelumnya. Biasanya acara Berbagi Ramadhan Ceria Drug Free Community – Kawan PELANGI hanya untuk perempuan dan anak-anak duafa dampingan DFC maka Ramadhan 2016 acara diselenggarakan bekerjasama dengan berbagai lembaga dengan mengundang 200 anak duafa.

Acara diselenggarakan Hari Minggu, tanggal 3 Juli 2016, bertempat di Taman Prestasi Surabaya.


Tinggalkan komentar

Berbagi Ramadhan Ceria 2015

Ramadhan Ceria di tahun 2015, Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan berbagi pada perempuan anak-anak duafa dampingan Drug Free Community. Acara diselenggarakan di Taman Prestasi, Minggu 12 Juli 2015, bekerja sama dengan ORCIKS, dengan hadirnya pedongeng. Pada momen bahagia ini juga kita memperkenalkan nama baru dari DFC yaitu Kawan PELANGI.


Tinggalkan komentar

Komunitas Dukungan Keluarga

latepost… Pebruari 2016

FB_IMG_1465491299115

Alhamdulillah 2 hari minggu kita lewati dengan baik, insya Allah dengan selalu diniatkan baik akan selalu ada kemudahan-kemudahan. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan berkah untuk bisa terus mendampingi mereka yang membutuhkan.

 

Minggu, 1 Pebruari 2015…

Pertemuan pertama dampingan dengan sponsorship Yayasan Nurul Hayat curhat dampingan yang sebagian besar adalah janda dan anak yatim sekitar 50 orang.

 

Minggu, 8 Pebruari 2015…

Memenuhi permintaan mereka yang ingin belajar mengaji, alhamdulillah dari Yayasan Nurul Hayat mengirim ustadz dan ustadzah untuk mengajar mengaji “a ba ta tsa”, belajar ngaji pertama masih 8 orang. Insya Allah minggu minggu berikutnya semakin banyak yang belajar mengaji dan sholat.

FB_IMG_1465491309659

 

Insya Allah agenda yang telah disiapkan oleh Kawan PELANGI untuk tiap hari minggu bagi Kelompok Dukungan Keluarga…

 

1. Belajar mengaji rutin jam 11…

2. Kajian dan Konsultasi agama rutin tiap Minggu pertama jam 11…

Bersedekahlah insya Allah menjadi obat segala penyakit kita….

Berdoalah untuk mereka insya Allah kebajikan doa itu akan kembali ke kita…

 

 

Salam #KawanPELANGI


Tinggalkan komentar

Narasumber Peringatan HAS 2014 Kota Surabaya

 

Narasumber DFC berfoto bersama dengan masyarakat, baju Merah adalah Relawan Kesehatan Endang Rini, sebelah kanan berhijab coklat adalah Ketua Drug Free Community, dan paling ujung kan an adalah Ketua Umum Kawan PELANGI Luthfi Nurzaman

Narasumber DFC berfoto bersama dengan masyarakat, baju Merah adalah Relawan Kesehatan Endang Rini, sebelah kanan berhijab coklat adalah Ketua Drug Free Community, dan paling ujung kan an adalah Ketua Umum Kawan PELANGI Luthfi Nurzaman

Dalam rangkaian peringatan Hari AIDS se-Dunia 2014 Pemerintah Kota Surabaya menyelenggarakan Seminar dengan Team “Cegah dan Lindungi Diri, Keluarga, dan Masyarakat dari HIV dan AIDS”, tanggal 28 Desember 2014. Tema khususnya terkait dengan perlindungan terhadap anak-anak dengan HIV dan AIDS. Ketua Drug Free Community Mila Machmudah Djamhari, S.Sos. diundang sebagai narasumber.

Selain DFC juga diundang sebagai narasumber adalah perwakilan Kementrian Hukum dan HAM Jawa Timur, Sekretaris KPA Kota Surabaya, dan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur. DFC diundang dikarenakan komitmen dan kepedulian DFC terhadap permasalahan perempuan dan anak dengan HIV dan AIDS selama dua tahun terakhir. DFC sendiri sudah melakukan pendampingan lebih 50 anak yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Pada seminar ini DFC hadir presentasi bersama dengan Relawan Kesehatan DFC Endang Rini, yang juga testimoni pengalaman melakukan pendampingan pasien HIV dari perspektif seorang ODHA juga. Pada kesempatan ini juga bicara Luthfi Nurzaman sebagai perwakilan DFC dari generasi muda. Secara global DFC berbicara perlunya program khusus untuk perlindungan pasien anak terutama yang terlantar.

Seminar ini adalah seminar atau presentasi terakhir sebagai Drug Free Community, selanjutnya per 1 Pebruari 2015 sudah berganti nama menjadi Kawan PELANGI.

Ketua Drug Free Community Mila Machmudah Djamhari, S.Sos.

Ketua Drug Free Community Mila Machmudah Djamhari, S.Sos.

Peserta seminar perwakilan PKM dan Kader Kesehatan se-Surabaya

Peserta seminar perwakilan PKM dan Kader Kesehatan se-Surabaya

 

tmp_IMG-20141224-WA00051258873372