Drug Free Community

Memanusiakan Manusia Indonesia

Pengobatan Modern Vs. Pengobatan Tradisional

Tinggalkan komentar

Bahan-bahan obat farmasi modern ada yang alami dan ada yang sintesis. Obat-obat berbahan alami adalah pengembangan dari pengobatan tradisional yang dilakukan pengujian laboratorium dan pengujian klinis pada hewan-hewan percobaan dan juga manusia.

Di Indonesia pun saat ini di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan juga sedang dilakukan penelitian tentang obat-obat tradisional yang dikenal dengan jamu.

Secara ilmiah pun juga sudah diakui banyak tanaman-tanaman yang bersifat obat, yang kita kenal dengan sebutan TOGA atau tanaman obat keluarga. Masing-masing tanaman memiliki khasiat dan efek juga karena prinsip OBAT adalah satu sisi mengobati dan satu sisi memiliki efek negatif pada tubuh salah satunya adalah menyebabkan kecanduan.

Penelitian dan pengembangan farmasi adalah untuk mengoptimalkan bahan-bahan obat tersebut untuk mengobati dan meminimalisir efek negatifnya.

Prinsip Obat yang lain adalah harus digunakan sesuai dengan kebutuhan terapi dan tepat dosis karena penggunaan yang salah akan berdampak pada kerusakan pada organ tubuh yang lain.

Misal daun sirsak yang dimasak dan diminum airnya dimana kandungan di dalamnya adalah antibiotik. Kebutuhan antibiotik ada takarannya tidak sembarangan semakin banyak semakin cepat sembuhnya. Fungsi antibiotik sendiri adalah untuk mematikan bakteri, tidak semua penyakit disebabkan bakteri sehingga tidak semua penyakit bisa diobati oleh daun sirsak. Perkembangan medis modern terakhir penggunaan antibiotik pun tidak diperjualkan bebas tanpa resep dokter karena ada dampak negatifnya, salah satunya adalah tubuh menjadi resisten terhadap bakteri.

Penemuan “obat” kanker payudara dari “bajaka” oleh para siswi bukanlah sebuah penemuan secara uji klinis melainkan penemuan secara etnografi kesehatan karena penggunaan bajaka sebagai obat kanker adalah tradisi pengobatan tradisional secara turun temurun, yang sesungguhnya Bangsa ini kaya akan kandungan obat-obatan alami.

Penemuan ini mengingatkan saya pada penemuan buah merah Papua yang diklaim sebagai obat munjarab mengobati AIDS, sehingga ada penderita AIDS yang putus ARV dan beralih ke pengobatan buah merah ini. Informasi terakhir pasien tersebut meninggal dunia. Perkembangan terapi ARV sendiri pada pasien HIV dan AIDS sudah melampaui lebih 20 tahun pasien AIDS hidup sehat meski virus belum bisa dimatikan tetapi kualitas kesehatannya jauh lebih baik dan bisa dikatakan sehat seperti mereka tanpa HIV.

Terlepas dari kandungan zat di dalam tanaman-tanaman yang secara tradisional diyakini sebagai obat bagi penyakit berat seperti kanker atau pun HIV adalah menarik melihat sisi sosial kultural pasien yang lebih memilih berobat alternatif.

Kanker dan AIDS adalah penyakit yang memiliki pengaruh psikologis cukup tinggi pada pasien dan keluarganya. Sedangkan keberhasilan pengobatan sangat ditentukan oleh kondisi psikologis pasien. Pada penderita kanker ada khusus penangan psikisnya yang disebut dengan paliatif, begitu juga dengan penderita HIV juga ada pendampingan atau konseling psikis pada pasiennya sejak dilakukan VCT atau tes HIV.

Terapi pengobatan pada pasien kanker dan AIDS adalah terapi jangka panjang yang membutuhkan kedisiplinan pasien baik dalam proses terapinya maupun dalam pemulihannya yaitu pola hidup sehat.

Pengobatan modern kita semua sepakat lebih memiliki pertanggungjawaban uji laboratorium dan uji klinis dari pada pengobatan tradisional atau disebut alternatif. Kita juga semua tahu bahwa pengobatan modern membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mahalnya biaya pengobatan modern inilah yang menyebabkan pasien dari kalangan tidak mampu menjadi beban psikisnya semakin berat dan jelas sangat berpengaruh pada pengobatannya.

Kehadiran pengobatan tradisional atau pun alternatif bahkan saat ini pun berkembang pengobatan Thibbun Nabawi menjadi pilihan yang realistis bagi mereka.

Dalam sudut pandang pengobatan modern akan menjadi masalah karena dianggap belum teruji secara laboratorium dan klinis, tetapi dalam sudut pandang antropologi hal ini dapat dipahami sebagai sebuah pilihan untuk pengobatan.

Kementrian kesehatan dalam beberapa tahun sudah mulai bijak dengan melakukan studi etnografi kesehatan dengan menggali potensi-potensi tradisional/etnis dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Kedepan semoga teknologi kesehatan negeri ini dapat mengembangkan potensi pengobatan tradisional/etnis ini menjadi pengobatan alternatif yang telah teruji secara laboratorium dan klinis sehingga pengobatan murah pada pasien kanker atau pun AIDS dapat dilakukan.

Ada hal lagi yang menjadi rahasia umum terkait mafia obat dimana kita semua tahu kapitalisasi di dunia farmasi banyak mematikan penemuan -penemuan baru terkait pengobatan tradisional atau alternatif.

*Mila Machmudah Djamhari*

Penulis: Kawan PELANGI "Memanusiakan Manusia Indonesia"

Kawan PELANGI adalah metamorfosa dari Drug Free Community yang dideklarasikan tanggal 5 Oktober 2007 Memiliki Visi Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Tinggalkan komentar